Desa
Kotayasa secara pasti sejak kapan berdiri sebagai sebuah Pemerintahan
Desa sampai sekarang belum dapat digali keterangan yang pasti,
namun demikian berdasrkan penelusuran kami terhadap para saksi-saksi sejarah yang secara turun temurun menceritakan kepada generasi berikutnya didapat kesimpulan sebagai berikut:
namun demikian berdasrkan penelusuran kami terhadap para saksi-saksi sejarah yang secara turun temurun menceritakan kepada generasi berikutnya didapat kesimpulan sebagai berikut:
Desa
Kotayasa ada seirama dengan perjuangan rakyat Indonesia melawan
penjajah Belanda, pada masa itu desa Kotayasa pernah dipimpin oleh
beberapa Lurah diantaranya adalah Lurah Cak Bawa, Lurah Cak Truna, Lurah
Bujang, dan Lurah Dipawikrama. Pada Periode ini tidak diperoleh
keterangan yang pasti sejak kapan mereka menjabat dan sampai kapan
mereka mengahirinya juga tentang kepemerintahanya.
Pada
tahun kurang lebih 1930-an barulah didapat perjalanan sejarah yang
jelas. Pada saat itu sampai dengan tahun 1974 Desa Ketayasa ( nama saat
itu) dipimpin oleh seorang Lurah yang bernama Ki Prodjo Tarmedjo. Pada
saat pemerintahannya desa Ketayasa masih sangat sederhana bahkan masih
seperti sebuah kekeratonan jawa. Hal ini dapat dilihat dari pusat
pemerintahan yang berada di kediaman sang Lurah. Pada waktu itu Kotayasa
sudah dibagi dalam tiga wilayah kadus yaitu : Ketayasa, Gelempang dan
Genting, Pada masa itu sekolah sekolah masih berada di rumah-rumah
penduduk dan Pasar Kotayasa, yaitu pasar Tong Barang masih sangat
sedrehana. Pemerintaahan Ki Prodjo tarmedjo berahir pada tahun 1974 dan
kemudian dilanjutkan oleh Lurah baru, yaitu oleh Bapak S Edy Sukirno.
DESA KOTAYASA adalah salah satu nama Desa yang berada di
kecamatan Sumbang, kabupaten Banyumas ,Jawa Tengah. Yang berbatasan
dengan wilayah kecamatan Baturraden.
Dilihat dari jumlah penduduknya, Kotayasa memiliki kurang lebih 7000 penduduk yang rata-rata bermatapencaharian sebagai petani (farmer), pedagang (seller), peternak, pengusaha sukses, pekerja proyek, tukang ojek (ojek rider), sopir angkot (angkot driver), buruh harian lepas (freelancer), tukang gosip, tukang adu domba, tukang selingkuh, bahkan pencuri, preman pasar, dan pelacur juga tersedia di Desa serba ada ini.
Adapun makanan tradisional di desa Kotayasa adalah Templek dan Dage yang sama sekali tidak mengandung gizi dan zat-zat yang diperlukan tubuh, namun anehnya makanan seperti itulah yang paling digemari para tetua.
PENDIDIKAN
Hampir seluruh warga masyarakat desa Kotayasa, tidak ada yang tidak pernah mengecap pendidikan.
40% penduduk lulusan TK, 30% penduduk lulusan SD, 15% penduduk lulusan SMP, 10% penduduk mengecap bangku SMA dan 5% lain adalah Mahasiswa S1, S2, S3, S4, S5, S6, "Es GOSROK" (?)
Walaupun pendidikan penduduk yang cukup berkembang, namun tidak ada Universitas yang dibangun didaerah ini(kemungkinan besar ada tapi embuh kapan,,,nerrr??!).
BUDAYA
Budaya yang masih sangat kental aroma mistisnya dan paling mendominasi adalah KORUPSI oleh pejabat tinggi dan PNS daerah ini karena kebudayaan yang diwariskan secara turun temurun oleh leluhur sejak jaman orde baru dimulai. Kebudayaan selanjutnya adalah di adopsi dari luar negeri yaitu Sepak BOLA, Sepak Terjang, pamer Blackberry, pamer due motor apik dll.
budaya Pamer mendominasi pada urutan kedua..
Bahasa yang dituturkan adalah bilingual yaitu Jawa dialek banyumasan dengan campuran bahasa arab dan belanda(Saiki ana maning bahasa Lenggaong ???), dan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional. Bahasa Inggris tidak digunakan karena jarang ada orang inggris yang berkunjung.
Penghasilan penduduk Desa Kotayasa adalah yang tertinggi di kecamatan sumbang, yaitu berkisar 30.000 USD/100 tahun (!!!)
Dilihat dari jumlah penduduknya, Kotayasa memiliki kurang lebih 7000 penduduk yang rata-rata bermatapencaharian sebagai petani (farmer), pedagang (seller), peternak, pengusaha sukses, pekerja proyek, tukang ojek (ojek rider), sopir angkot (angkot driver), buruh harian lepas (freelancer), tukang gosip, tukang adu domba, tukang selingkuh, bahkan pencuri, preman pasar, dan pelacur juga tersedia di Desa serba ada ini.
Adapun makanan tradisional di desa Kotayasa adalah Templek dan Dage yang sama sekali tidak mengandung gizi dan zat-zat yang diperlukan tubuh, namun anehnya makanan seperti itulah yang paling digemari para tetua.
PENDIDIKAN
Hampir seluruh warga masyarakat desa Kotayasa, tidak ada yang tidak pernah mengecap pendidikan.
40% penduduk lulusan TK, 30% penduduk lulusan SD, 15% penduduk lulusan SMP, 10% penduduk mengecap bangku SMA dan 5% lain adalah Mahasiswa S1, S2, S3, S4, S5, S6, "Es GOSROK" (?)
Walaupun pendidikan penduduk yang cukup berkembang, namun tidak ada Universitas yang dibangun didaerah ini(kemungkinan besar ada tapi embuh kapan,,,nerrr??!).
BUDAYA
Budaya yang masih sangat kental aroma mistisnya dan paling mendominasi adalah KORUPSI oleh pejabat tinggi dan PNS daerah ini karena kebudayaan yang diwariskan secara turun temurun oleh leluhur sejak jaman orde baru dimulai. Kebudayaan selanjutnya adalah di adopsi dari luar negeri yaitu Sepak BOLA, Sepak Terjang, pamer Blackberry, pamer due motor apik dll.
budaya Pamer mendominasi pada urutan kedua..
Bahasa yang dituturkan adalah bilingual yaitu Jawa dialek banyumasan dengan campuran bahasa arab dan belanda(Saiki ana maning bahasa Lenggaong ???), dan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional. Bahasa Inggris tidak digunakan karena jarang ada orang inggris yang berkunjung.
Penghasilan penduduk Desa Kotayasa adalah yang tertinggi di kecamatan sumbang, yaitu berkisar 30.000 USD/100 tahun (!!!)
1 komentar:
rikane malah nggawe guyon bae jan,,,, keep posting lah
Posting Komentar